Umar Al Khattab pernah berkata : Aku tidak mahu hidup lama di dunia yang fana ini, kecuali kerana tiga hal :
1) Keindahan berdakwah dan berjihad di jalan-Nya.
2) Lelahnya bangun dan berdiri untuk Qiyamul Lail.
3) Dan indahnya bertemu dengan sahabat-sahabat seiman.\
Mungkin kisah berikut ini mampu mengawal perasaan kita. Betapa ukhuwah itu merupakan petanda iman kita.
Semenjak Rasulullah Salallahu Alaihi Wasalam wafat, Bilal menyatakan bahawa dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi.
Ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu dan sendu bilal berkata : Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin sesiapa lagi.
Abu Bakar pun tidak mampu lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.
Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah terus tertanam di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, beliau mengikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.
Lama Bilal tidak mengunjungi Madinah, hingga pada suatu malam, Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya : Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa denganmu ini? engkau tidak mengunjungiku lagi? Mengapa sampai seperti ini?
Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah ke makam Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam. Sekian tahun sudah beliau meninggalkan Rasulullah.
Setiba di Madinah, Bilal kembali sedu sedan melepas rasa rindunya kepada Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam, pada sang kekasih.
Ketika itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata sembab kerana tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut.
Salah satu daripada keduanya berkata kepada Bilal : Tuan mahukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang datuk kami.
Ketika itu, Umar Al Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan, walaupun sekali saja.
Bilal pun memenuhi permintaan itu.
Saat waktu solat tiba, beliau naik ke tempat yang dahulu biasa beliau adzan pada masa Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam masih hidup.
Mulalah beliau mengumandangkan adzan.
Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan oleh beliau, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktiviti terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali.
Allahu Akbar. Allahu Akbar.
Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.
Dan saat bilal mengumandangkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, Madinah pecah oleh bunyi tangisan dan ratapan yang sangat memilukan.
Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam, Umar Al Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tidak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya terhenti mengumandangkan disebabkan oleh air mata yang berderai. Hari itu madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam diantara mereka.
Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang tak dapat digambarkan.
Bayangkan kita seolah-olah sedang hidup bersama di tengah-tengah mereka???
Masya'Allah.
Hamba-hamba Allah yang selalu terhubung dengan langit dan merasakan indahnya ukhuwah dalam kebenaran dan kemuliaan.Maka jika masih ada batas dalam perjalanan ukhuwah kita, boleh dipastikan kita telah gagal menggenggam makna ukhuwah yang sebenarnya.
Sebagaimana sebuah nasihat daripada Ibnul Qayyim Al Jauziyah : Ukhuwah itu hanya sekadar buah daripada keimanan kita kepada Allah Salallahu Alaihi Wasallam.Jadi jika ukhuwahnya bermasalah mari kita evaluasi keimanan kita kepada-Nya.
Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar.
Efek daripada hubungan baik kita dengan yang ada di langit secara langsung berimpak pada baiknya hubungan kita dengan sesama yang di bumi.
Dalam sebuah ibroh ada yang mengingatkan kepada kita :
"Sebesar cintamu kepada Allah, sebesar itu pula cinta orang lain kepadamu. Sebesar ketakutanmu akan murka Allah, sebesar itu pula kehormatan orang lain terhadapmu."
Ukhuwah dan persaudaraan bukan lakonan tapi kerana baik hubungan denga Allah akan baiklah hubungan dengan manusia. =')